Oke.. oke.. Cukup dengan urusan kesal mengesalkan *hehehehhehe..:P*
Now, I'm telling u a story about the boy named Indra. No! Of course I'm not talking about my babe ^-^ *kebetulan aja namanya sama yah Bo!!*

Indra Ginanjar (12 tahun) itu seorang penjual gurilem *tau gurilem? kerupuk panjang-panjang yang ditaburi bumbu pedas*. Indra berjualan dengan nggendong jualannya dari rumah untuk dijajakan dari rumah ke rumah, teriak di jalan-jalan pemukiman, atau sekali-sekali dia menggelar dagangannya di tempat-tempat keramaian. Perjuangan berat menurut saya, pasti melelahkan doong?? Bukan itu aja, dia udah harus menghidupi keluarganya *ayahnya sudah almarhum* sejak masih belia. 12 tahun. Kalo diingat-ingat, saya masih culun berseragam putih biru di usia itu. Masih terlalu lugu untuk memikirkan mencari uang. Masih belum terpikir persoalan-persoalan serius. Hanya-senang-senang. Titik. Tapi Indra? Dia sudah mendapat 'estafet' beban hidup dari orang tuanya. Kasihaann..

Adalah mama yang sekali waktu melihat Indra melintas di depan rumah. Hari itu, matahari dengan teriknya menyinari Bandung. Indra berjalan dengan hampa, sambil berteriak menawarkan dagangannya. Mama tersentuh, spontan Mama memberi sejumlah uang. Indra pun menawarkan beberapa bungkus gurilem. Sayang, mama menolak, "gak ada yang suka gurilem di rumah, gapapa ambil saja (uangnya)". Huhuhuhuhu Mama lupa, saya kan suka gurilem:(

Lain waktu Indra lagi-lagi lewat depan rumah, kali ini dengan sangat memelas dia meminta supaya kakak perempuannya bisa bekerja di rumah saya (jadi PRT). Duuhh.. gimana yah? Yang ada aja sudah lumayan nyita pikiran. Padahal, sebenernya gak perlu-perlu banget ada PRT di rumah. Kasihan juga sih, keluarganya kan pasti butuh pemasukan.. tapi gimana lagi? Mama pun menolak dengan alasan, "anaknya sudah besar-besar. gak ada yang diurusin lagih".

Beberapa minggu lalu, hujan deras turun menjelang maghrib. Indra datang, mencari tempat menginap katanya. Dia baru pulang berdagang dari BSM. Kemalaman kalo dia maksa pulang malam itu juga. Tau gak rumahnya di mana??? Padalarang, yah trus.. masih jauuuuuuuuuh lagi!! Jauh bener.. Akhirnya mama suruh dia minum teh dan makan malam dulu. Trus mama rekomendasiin untuk dia tidur di Masjid. Biar aman dan sekalian dibimbing, sebelum besok subuhnya dia pulang.

Cerita ini emang gak ada pentingnya, bukan kisah cinta yang indah atau tentang masa kecil yang ceria. Ini tentang perjuangan anak manusia, yang di usia belia harus menanggung beban (yang seharusnya belum menjadi 'bagian'-nya). Cerita ini belum berakhir, masih panjang jalan si Indra untuk terus hidup, berjuang untuk makan. Mungkin dia bahkan tidak terpikir untuk suatu saat bisa sekolah, menjadi pintar seperti orang lain. Apalagi untuk bisa sekaliiii saja memainkan play station, bahkan dia pun tidak mau bermimpi tentang itu. "Kejauhan.." katanya. Buat dia yang penting sekarang adalah, "ada uang aja lah.. buat makan ibu sama teteh."

Apa yang bisa kita ambil dari ini? Bersyukur!! Bagaimana mungkin kita sering kali melupakan nikmat Allah yang sungguh berlimpah pada kita??